Senin, 13 Oktober 2014

TUGAS UTS ETIKA FILSAFAT KOMUNIKASI, FAHMI_KPI 5 E_ 1112051000129

Latar Belakang
 
            Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, berkenaan dengan ini, di dalam UUD 45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa: "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Namun pada kenyataannya masih banyak warga Indonesia khususnya anak-anak yang kurang mampu tidak mendapatkan pendidikan formal. Namun kenyataanya, tidak semua warga Negara dapat merasakan pendidikan yang layak. Berbagai faktor menjadi penyebabnya. Salah satunya karena faktor ekonomi. Masih banyak warga Negara yang hidup di bawah garis kemiskinan, akibatnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sulit. Apalagi mengeluarkan biaya untuk pendidikan.
Namun hal itu menjadi inspirasi bagi orang-orang yang peduli akan pendidikan. Mereka memanfaatkan kelalaian dari pemerintah terhadap anak-anak yang kurang mampu untuk membentuk suatu institusi atau lembaga pendidikan non-formal yang diharapkan akan membantu atau bermanfaat untuk mereka (anak yang tidak mendapat pendidikan formal) supaya menjadi individu yang lebih baik serta mampu mengangkat derajat keluarganya. Institusi atau lembaga yang ingin dibahas oleh penulis adalah "taman baca" yang digagas oleh mahasiswa Perguruan Tinggi Politeknik Swadharma yang berlokasi di Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
            Pada mulanya para mahasiswa Perguruan Tinggi tersebut ingin memanfaatkan sumber daya manusianya sebagaimana yang tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian pada masyarakat. Lalu mereka berdiskusi untuk membentuk suatu organisasi atau perkumpulan yang bermanfaat bagi orang banyak. Akhirnya tercetuslah ide untuk membentuk organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk anak-anak yang kurang mampu. Awalnya mereka membuat perpustakaan berjalan, setelah lama-kelamaan mereka melihat banyak pengunjung yang berasal dari kalangan anak-anak jalanan. Akhirnya mereka berinsiatif membentuk kelompok belajar yang dikhususkan kepada anak-anak jalanan yang tidak mengenyam pendidikan formal tersebut.
            Disisi lain, meskipun tujuannya baik namun tetap saja dalam prakteknya ada saja kekurangan-kekurang baik dalam segi sistem pengajarannya maupun masalah internal. Hal ini disebabkan karena kurang tegasnya peraturan yang dibuat oleh lembaga tersebut, baik peraturan untuk para pengajar maupun untuk anak yang dididik. Contoh persoalan yang menyinggung masalah etika yang terjadi adalah ketika pengajar yang seharusnya memanfaatkan waktu untuk melakukan proses belajar malah sibuk melakukan aktivitas kepada sesama pengajar seperti mengobrol dan pergi keluar untuk merokok dan sebagainya.
 
TEORI-TEORI ETIKA
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Berikut ini beberapa teori etika:
1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang bolah saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri. Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu tindakan yang peduli pada dirinya. Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest). Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri sendiri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme etis:
a. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain.
b. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga adalah kepentingan diri.
c. Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan menolong orang lain.
d. Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.
e. Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. Yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri.
2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, menilai baik atau buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat dari tindakan itu bagi sebanyak mungkin orang. Suatu tindakan dinilai baik kalau tindakan itu mendatangkan akibat baik yg paling besar (the greatest happiness of the greatest number) atau akibat buruk yg paling kecil.  Anggapan bahwa klasifikasi kejahatan harus didasarkan atas kesusahan atau penderitaan yang diakibatkannya terhadap  terhadap para korban dan masyarakat. Menurut kodratnya manusia menghindari ketidaksenangan dan mencari kesenangan. Kebahagiaan tercapai jika manusia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. Paham utilitarianisme sebagai berikut:
a. Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak.
b. Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
c. Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.
Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut pandang kepentingan orang banyak (kepentingan orang banyak).
3. Deontologi
Paradigma teori deontologi saham berbeda dengan paham egoisme dan utilitarianisme, yang keduanya sama-sama menilai baik buruknya suatu tindakan memberikan manfaat entah untuk individu (egoisme) atau untuk banyak orang/kelompok masyarakat (utilitarianisme), maka tindakan itu dikatakan etis. Sebaliknya, jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat, maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi Sangat berbeda dengan paham teleologi yang menilai etis atau tidaknya suatu tindakan berdasarkan hasil, tujuan, atau konsekuensi dari tindakan tersebut, paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
Kant berpendapat bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan juga karena kewajiban moral iu diperintahkan oleh Tuhan. Moralitas hendaknya bersifat otonom dan harus berpusat pada pengertian manusia berdasarkan akal sehat yang dimiliki manusia itu sendiri, yang berarti kewajiban moral mutlak itu bersifat rasional. Walaupun teori deontologi tidak lagi mengkaitkan kriteria kebaikan moral dengan tujuan tindakan sebagaimana teori egoisme dan tlitarianisme, namun teori ini juga mendapat kritikan tajam terutama dari kaum agamawan. Kant mencoba membangun teorinya hanya berlandaskan pemikiran rasional dengan berangkat dari asumsi bahwa karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan manusia terhadap manusia lainnya harus dilandasi oleh kewajiban moral universal. Tidak ada tujuan lain selain mematuhi kewajiban moral demi kewajiban itu sendiri.
 
METODOLOGI PENELITIAN
            Penyusunan studi etika ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan  untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah secara mendalam.
Sumber data didapat melalui wawancara dengan ketua "Taman Baca" dan juga hasil pengalaman penulis sebagai mantan ketua organisasi tersebut. Lokasi penelitian Lapak pemulung, Bona Indah, Lebak bulus. Waktu penelitian Sabtu, 11 Oktober 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara serta melakukan observasi terjun langsung ke lokasi penelitian.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini